LegendaJaka Tarub memiliki banyak versi dan pengubahan, tetapi secara garis besar masih memiliki alur cerita yang sama. Jaka tarub adalah seorang pemuda yang tinggal di desa Tarub, sedangkan Nawangwulan adalah seorang bidadari yang tidak bisa kembali ke kahyangan karena selendangnya disembunyikan oleh Jaka Tarub.
Naskah Drama Karakter 7. Enam bidadari saudari Nawangwulan Dialog PAGI HARI, KAMAR JAKA TARUB Angin dingin malam menderu masuk melewati sela-sela jendela, menciptakan suara-suara mendesis yang membuat Jaka Tarub yang sedang tertidur dengan sangat nyenyak, tersenyum lembut dan meratakan ekspresi wajahnya bergantian kali seraya terpejam erat matanya memeluk guling, menjadi tersentak dan terjaga. Bingung pada apa yang baru saja terjadi, Jaka yang kemudian terduduk dengan tersentak mengerutkan dahinya dan memandang kosong tembok di depannya, seperti sedang memilah-milah arsip dalam pikirannya yang masih serabutan. Jaka Ya Gusti, apa yang baru saja aku impikan tadi? perlahan tersenyum sendiri Rasanya sangat real, jelas sekali aku lihat wajah ayunya. Tapi, itu mimpi kan? mengerutkan dahinya, merenung, senyumannya hilang dalam sekajap Ă Jaka mengerang dan mengacak-acak rambut pendeknya seraya menggeletak terlentang dengan lemas di atas kasurnya dengan kesal. Jaka Ah, tidak mungkin bisa aku dapat bidadari cantik jadi isteriku. Ibu sudah memintaku untuk menikah tapi belum ada sekalipun wanita yang membuatku tertarik. Bagaimana aku bisa menemukan dia? mulai tersenyum lagi dan memandang kosong ke sekeliling, menghela nafas lembut Cantik sekali dia⊠berbisik - Jaka yang sedari tadi melamun sendiri tidak menyadari bahwa ibunya, Mbok Milah tengah memasuki kamarnya untuk mencarinya. Mbok Milah Haduh, anak ini⊠Sejak tadi dipanggil tidak dijawab-jawab olehnya menghela nafas dengan keras dan menggeleng-gelengkan kepala Anak ini, tak pernah kulihat dia mengenalkanku dengan siapapun, sudah cukup umurnya ini, tak bisa kunanti lebih lama lagi. Kuharap dia sedang melamunkan nasib hidupnyaâsendirian tanpa isteri men-jomblo lama sekali dan mulai sadar untuk mencari seseorang sekarang meninggalkan kamar Jaka dengan alis berkerut PAGI HARI, RUANG TAMU RUMAH JAKA TARUB Terdengar ketukan di pintu rumah keluarga Jaka Tarub, mengagetkan Mbok Milah yang segera belari-lari kecil untuk emmbukakan pintu rumahnya. Terlihat olehnya seorang pria paruh baya yang merupakan tetangganya sendiri, Pak Ranu dan anak perempuannya yang cantic jelita, LaraswatiB. Dibiarkanlah masuk oleh Mbok Milah, Pak Ranu dan Laraswati pun mendudukkan diri di kursi tamu. Mbok Milah Pak Ranu, kalau boleh saya tahu, apa yang membuat Bapak dan ananda Laraswati bersinggah di rumah saya ini? Pak Ranu Ah, ini, Mbok Milah. Seperti Ibu tahu, anak saya, Laraswati melirik ke arah Laraswati, tersenyum pelan sebelum balik menatap Mbok Milah sudah cukup umur untuk menikah. Saya juga dengar bahwa anak Mbok juga belum menikah, bukankah itu suatu kebetulan yang baik? Sudah saatnya bagi kitaâorang tuaâuntuk mulai mengambil selangkah lebih maju bagi masa depan putra-putri kita? Mbok Milah terkejut dan menatap Pak Ranu dengan mata besar penuh ketidakpercayaan Maksud Bapak⊠Bapak ingin menjodohkan anak Bapak, Si ndoâ ayu Laraswati dengan anakku, Jaka? sedikit menaikkan suaranya tanpa sengaja Pak Ranu Iya, Mbok, seperti itulah. Apakah Mbok setuju dengan hal ini? Mbok Milah Oh, tentu saya setuju sekali, Pak Ranu! Tapi⊠terlihat tidak yakin, tersenyum gugup ke arah Pak Ranu dan berdiri lebih baik saya bertanya dulu ke Jaka. Sebentar ya⊠berjalan memasuki kamar Jaka - Jaka yang mendengar semua percakapan dari dalam kamarnya merasa marah. Dia tidak ingin menikah dengan Laraswati. Dia merasa makin marah ketika melihat Mbok Milah memasuki kamarnya. Mbok Milah Jaka, anakku, ada Pak Ranu dan anaknya, Laraswati di luar. Mereka inginâ Jaka Aku sudah dengar, Bu. Pak Ranu ingin menjodohkanku dengan Si Laraswati, kan? Aku tidak mau, Bu. Sudah berapa kali aku bilang pada Ibu, aku belum ingin menikah, bagaimana bisa Ibu dengan mudahnya menyetujui Pak Ranu? dengan marah berdiri di depan Mbok Milah Mbok Milah Jaka, janganlah kamu marah dahulu. Ibu hanya ingin semua yang terbaik untukmu. Laraswati anaknya baik, cantik, sopan, dia sangat cocok denganmu, Nak. Terimalah dia, berilah dia kesempatan. Hanya dia dan kamu di desa ini yang belum menikah. Jaka Ibu, aku suka Laraswati tapi aku tidak pernah berpikir untuk mempersuntingnya. Aku⊠Aku masih ingin mencari, Bu. Mbok Milah Tapi sampai berapa lama lagi, Jaka?menaikkan suaranya Waktu terus berjalan, kamu bukanlah anak muda lagi, begitupula juga Ibu sudah tua, nak. Ibu tidak bisa terus menunggu. Jaka Aku belum siap, Ibu! Berlari melewati ibunya ke luar kamar, mengambil busur berburunya dan tanpa kata-kata berlari ke luar rumah tanpa memedulikkan Pak Ranu dan Laraswati MALAM HARI, RUMAH JAKA Jaka dengan kepala tertunduk berjalan memasuki pekarangan rumahnya yang anehnya berada di dalam keadaan gelap gulita sepulang berburunya. Dia masih murung dengan kejadian tadi pagi, dan perasaannya bertambah buruk ketika melihat Laraswati berdiri di depan pintu rumahnya. Ekspresi gadis itu sangat sedih, Jakapun mendekatinya. Jaka Laraswati, apa yang sedang engkau lakukan di rumahku, malam-malam seperti ini? Adakah gerangan yang sangat penting hendak engkau sampaikan padaku? Laraswati Kakanda, sejak dahulu aku sudah mengagumi Kakanda dari jauh, ketika Kakanda sedang berburu, membantu warga-warga sekitar, dan lainnya. menatap ke bawah, kea rah kedua kakinya Aku selalu mengagumi Kakanda mengerutkan dahi, menatap marah Jaka Tapi⊠aku tidak tahu, bahwa hanya dengan suatu kemarahan belaka dapat membuat seseorang terlihat sangat jelek dalam sekejap. Jaka Apa maksud AdindaâŠ? Laraswati Aku tahu kalau Kakanda tidak menyukaiku, aku tidak apa-apa. Tapi, untuk berteriak menolakku di hadapan ayahku dan Mbok Milah, tidakkah Kakanda melewati batas? Tidakkah Kakanda berpikir dahulu sebelum bertindak? Berpikir bagaimana perasaanku, ayahku, atau bahkan ibumu sendiri?! Meninggikan suara kemudian berjalan melewati Jaka yang tergagap dengan kaget, menabrakkan bahunya dengan keras dan meninggalkan Jaka sendiri Semua yang kau lakukan padaku itu⊠jahat! - Dengan kebingungan, Jaka berlari masuk ke rumahnya untuk mencari Mbok Milah. Ditemukkannya ibunya tergeletak tanpa sadar di kasurnya. Selimut putih menutupi tubuhnya, dan sebuah karangan bunga di taruh di atas tanganya yang mengepal di atas perutnya. Dia sudah tidak bernapas. Jaka Ibu! berlutut untuk memegang erat tangan Mbok Milah yang sudah dingin Maafkan aku, bu⊠Jaka tidak bermaksud untuk meneriaki Ibu seperti itu⊠Aku benar-benar belum siap untuk menikah, tapi aku tidak memikirkan Ibu, tak pernah menyangka ini akan terjadi⊠Maafkan betapa telatnya aku, Bu⊠Aku berjanji, pasti aku akan menemukan gadis yang ada di mimpiku itu⊠SORE HARI, DALAM HUTAN Jaka sedang berburu setelah beberapa hari selang kematian ibunya. Tak pernah dia beristirahat sehari pun dari berburu untuk melupakan penyesalan dan kekesalannya. Jaka Betapa hausnya aku, seharusnya ada air yang mengalir di dekat sini. berjalan menyusuri jalan setapak hutan hingga mendengar suara percikan air yang menandakan dia telah sampai di sebuah mata air Ah, beruntungnya aku! memasuki semak-semak menuju ujung mata air, tersentak ketika mendengar tawa wanita Terdapat tujuh orang wanita cantik sedang bermain air bersama. Salah seorang wanita merupakan seseorang yang pernah muncul di dalam mimpi Jaka, wanita idamannya selama ini. Jaka Ya, Gusti, itulah wanita yang kulihat dalam mimpi⊠Dia benar-benar ada⊠mengusap kedua matanya dengan kedua kepalan tangannya dengan kencang Aku harus mendapatkan gadis itu bagaimanapun caranya. Aku sudah berjanji pada Ibu. mengendap-endap mendekati gadis-gadis itu, tanpa disadari menabrak sekeranjang berisi selendang-selendang berwarna-warni milik gadis-gadis itu Nawangwulan Kakak-kakakku, bukankah kalian berpikir hari sudah sangat sore? Betapapun aku menyukai berada di atas bumi ini, kita harus segera pulang ke kayangan. Ă Mendengar omongan gadis yang pernah dilihatnya dalam mimpinya itu mengucapkan kata kayangan, betapa kagetnya Jakamengetahui bahwa gadis itu bukanlah gadis biasa melainkan seorang bidadari. Nawangputih Ya, kamu benar sekali, Nawangwulan. Ayo, kita ambil selendang-selendang kita. beranjak dari air menuju tempat Jaka bersembunyi bersama bidadari-bidadari lainnya Jaka mengambil sebuah selendang sebelum bersembunyi lebih jauh Ya, Gusti, semoga selendang yang kuambil ini adalah miliknya. Nawangwulan Huh? Dimana selendangku? Kenapa tidak ada di sini? mencari-cari ke semak-semak di sekitar keranjang Ă Jaka bersorak tanpa suara di tempatnya bersembunyi. Nawangmerah Bagaimana mungkin punyamu tidak ada? Semuanya, carilah di sekitar sini, mungkin terbawa binatang liar seperti kelinci. menyuruh saudari-saudarinya mencari Nawangsari Oh, Nawangwulan, malangnya kau ini. Sudah kami cari ke mana-mana, selendangmu belum terlihat sedikit pun. Hari sudah gelap, kami harus segera kembali ke kayangan. Nawangwulan Oh, kak, bagaimana ini? Aku tidak bisa terbang tanpa selendangku⊠Apa yang harus aku lakukan di sini sendiri? Nawangdaun Tenanglah, adikku. Kau pasti akan menemukan selendangmu itu. Bersabarlah sedikit. Kami akan mendoakanmu dari kayangan. Tapi untuk saat ini, kami harus kembali. dengan sedih menggenggam erat tangan Nawangwulan yang mengangguk menuruti kepergian kakak-kakaknya Ă Enam bidadari lainnya pun pergi meninggalkan Nawangwulan sendiri bersama Jaka yang masih bersembunyi. Nawangwulan Oh, Gusti, betapa putus asanya aku. Aku bersumpah akan menjadikan saudara perempuan manapun yang menemukan selendangku; dan menjadikan suami laki-laki manapun yang menemukan selendangku. dengan sedih mengucapkan sumpahnya Ă Mendengar apa yang baru saja disumpahkan gadis itu, Jaka memberanikan diri berjalan menuju sang bidadari sesudah menyembunyikan selendang Nawangwulan di dalam kantung bajunya. Jaka A-apa yang sedang Adinda cari malam-malam begini? Nawangwulan tersentak kaget dengan kedatangan Jaka yang tiba-tiba Selendangku menghilang, Tuanku. Jaka Namaku Jaka Tarub. Kebetulan aku sedang berburu di sekitar sini dan menemukan selendang emas ini. mengulurkan selendang Mbok Milan yang selalu dibawanya ke mana-mana, secara kebetulan serupa dengan milik Nawangwulan Apa ini milik Adinda? Nawangwulan Oh, ya, Gusti! mengambil selendang Mbok Milan dari tangan Jaka dengan cepat Betapa baiknya Tuan untuk menyimpan selendang ini dan memberikannya padaku. Namaku Nawangwulan, dan aku telah bersumpah untuk menikahi pria yang menemukan selendangku ini. Bersediakah Tuan memenuhi sumpahku? menatap Jaka dengan tatapan penuh harapan Jaka menatap Nawangwulan selama sekian detik, mempertimbangkan permohonan sang gadis kemudian mengangguk Tentu saja, Nawangwulan, aku bersedia menjadi suamimu. PAGI HARI, RUMAH JAKA TARUB Hari berganti hari, bulan berganti bulan, tak terasa rumah tangga Jaka Tarub dan Nawangwulan telah dikaruniai seorang putri, yaitu Nawangsih. Tak seorangpun penduduk desa yang mencurigai siapa sebenarnya Nawangwulan yang Jaka akui sebagai gadis yang berasal dari sebuah desa yang jauh. Sejak menikah dengan Nawangwulan, Jaka merasa sangat bahagia. Namun ada satu hal yang mengganggu pikirannya selama ini. Jaka merasa heran mengapa padi di lumbung mereka kelihatannya tidak berkurang walau dimasak setiap hari. Lama-kelamaan, tumpukan padi itu semakin meninggi sehingga membuat lumbung mereka hampir tak muat lagi menampungnya. Sedangkan Nawangwulan selalu mengingatkan suaminya, âJangan membuka tutup kukusan nasi yang kumasak, Kakanda.â Pada suatu pagi, Nawangwulan hendak mencuci ke sungai dan menitipkan Nawangsih pada suaminya. Ketika sedang asyik bermain dengan Nawangsih, Jaka Tarub teringat akan nasi yang sedang dimasak istrinya. Karena terasa sudah lama, Jaka hendak melihat apakah nasi itu sudah matang. Tanpa sadar Jaka membuka kukusan nasi itu. Ia lupa akan pesan Nawangwulan. Betapa terkejutnya Jaka melihat isi kukusan itu yang hanya berisi setangkai padi. Dia langsung teringat akan persediaan padi mereka yang semakin lama semakin banyak. Di saat itu juga, Nawangwulan telah sampai di rumah, menatap marah suaminya. Nawangwulan Kakanda, mengapa engkau melanggar pesanku?! Sekarang hilanglah kesaktianku untuk mengubah setangkai padi menjadi sebakul nasi dan sekarang aku harus menumbuk padi untuk kita masak! Jaka Maafkan aku, Adinda⊠Aku hanya ingin memeriksa apa nasinya sudah matang untuk Nawangsih. menundukkan kepalanya dengan penuh penyesalan Ă Jaka Tarub menyesali perbuatannya. Tapi apa mau dikata, semua sudah terlambat. Mulai hari itu Nawangwulan selalu menumbuk padi untuk dimasak. Mulailah terlihat persediaan padi mereka semakin lama semakin menipis. Bahkan sekarang padi itu sudah tinggal tersisa di dasar lumbung. PAGI HARI, RUMAH JAKA TARUB Ă Seperti biasa pagi itu Nawangwulan pergi ke lumbung yang terletak di halaman belakang untuk mengambil padi. Ketika sedang menarik batang batang padi yang tersisa sedikit itu, Nawangwulan merasa tangannya memegang sesuatu yang lembut. Karena penasaran, Nawangwulan terus menarik benda itu. Wajah Nawangwulan seketika pucat pasi menatap benda yang baru saja berhasil diraihnya. Nawangwulan menggenggam erat selendangnya Berani-beraninya dia membohongiku, menyembunyikan selendangku ini dan menggantikannya dengan yang palsu. dengan marah berlari masuk ke dalam rumah menemui suaminya Ă Nawangwulan merasa dirinya ditipu oleh Jaka Tarub yang sekarang telah menjadi suaminya. Ia sama sekali tidak menyangka ternyata orang yang tega mencuri bajunya adalah suaminya sendiri. Segera saja keinginan yang tidak pernah hilang dari hatinya menjadi begitu kuat. Nawangwulan ingin pulang ke asalnya, kayangan. Nawangwulan Kakanda! berteriak memanggil Jaka Aku menemukan selendang ini di lumbung. Menjulurkan selendangnya ke depan suaminya yang terbelalak terkejut menatap benda itu Ini adalah selendangku, kan? Kakanda sembunyikan ini dariku dan menggantikannya dengan yang palsu. Apa maksud dari semua ini, Kakanda?! Jaka Adinda, tenanglah dahulu⊠dengan panik menarik isterinya untuk duduk di ruang tamu, namun ditolak oleh Nawangwulan Aku melakukannya untukmu. Aku tidak ingin kau kembali ke kayangan dan meninggalkanku! Nawangwulan Tapi bukan itu cara yang tepat untuk membuatku tinggal, Kakanda! Kau seharusnya tahu bahwa aku tidak akan meninggalkan suami dan anakku sendiri! Tapi kau menipuku! Selama ini kakak-kakakku menungguku di kayangan⊠Betapa jahatnya dirimu! Jaka Adinda, aku benar-benar tidak ingin engkau untuk pergi⊠mengenggam erat lengan Nawangwulan Itu satu-satunya cara yang bisa kupikirkan untuk membuatmu tinggal! Nawangwulan Kau tidak pernah percaya padaku, kalau begitu. Aku tidak mau tinggal di sini selamanya dengan orang yang tega membohongiku. Jaka Tidak, Nawangwulan! Jangan tinggalkan aku dan Nawangsih sendiri! AkuâAku sudah mencoba berkali-kali untuk memberitahumu dan aku tahu semuanya pasti akan menjadi seperti ini⊠Oh, tolonglah, Adinda! Nawangwulan Semua sudah terlambat, Kakanda. Kau sudah menjadi korban dari kebodohanmu sendiri. Dan semua yang kau lakukan padaku itu⊠jahat! Jaka Nawangwulan⊠Maafkan aku⊠Nawangwulan Sekarang, tanggunglah apa yang telah kau perbuat. Asuhlah Nawangsih sendiri. Kita bukanlah suami dan isteri lagi. Bakarlah batang padi supaya aku bisa menemui anakku. Selamat tinggal, Jaka Tarub. Tamat this is like the first time i tried to write in indonesian since a very long time ago so i apologise for any terrible typos and some weird-sounded sentences stuff. this is actually a script i worked for a class program in bahasa indonesia subject hehe so why not to share?
Bidadaritertua : Maaf Nawang, tanpa selendang itu kamu tidak bisa kembali. (Terbang diikuti bidadari yang lain) Sambil menangis Nawang Wulan mencari-cari selendangnya. Jaka Tarub kemudian menampakkan dirinya dengan membawa kain (bukan selendang Nawang Wulan) dan menghibur sang bidadari.
OA[LA MRAFA GALA ]ARZB ]hlh` tarub Tutra1=. Tal taoi Ghmi wunao Mja1. Bu taoi Jca;.Fbhl raoma Ayu15. Tjmacaoc wiwit=.oawaoc `igau Oita13. Ibu Aby mja.oawaoc fjra` Yhnna10. Ibu Yhnna yhnna luoioc Yjssy19. Ibu Eima Eima biru fuma Eima24. Ibu Yjssy Yjssy biru tua Eari`a`21. Ibu Eari`a` Eari`a` uocu Jca22. Ibu Oita oita agisala Ghmi2;. Ibu Lili Lili sjlar mjwi Lili asi`/aoal gala mao oawaoc wunao Aoal Bu Yjssy1;.sa`abat gala/ aby Siwit Oarrathr JcaMisuatu `ari mi `utao yaoc njbat, mibawa` tjriloya fata`ari tjrni`at sjhraoc pjfuma sjmaocfjocufpunlao layu balar, mia bjroafa gala tarub. Iotrh7 s`ht `utao + jejl shuom Baciao 1 Gala tarub7 fjocufpunlao layu balar Gala tarub7 â`ueeâŠâ fjocusap ljriocat Caoti [kjoj Aby7 bjrganao pjnao fjougu bjnalaoc ph`ho, fjomjlati tarcjt buruaoAby 7 fjfaoa`Aby7 âaaaarcc```âŠsianaoâ paoa`oya timal fjocjoai buruaoAby7 fjni`at fata`ari, ljfumiao waga`ooya fjocjrut ljkjwa safbin bjrnagao uotul fjocafbin aoal paoa` yaoc tami fjnjsjt Caoti [kjoj Gala tarub7 âal`iroya sjnjsaiâ fjcilat layu balarGala tarub7 fjfbawa layu balar nanu bjrganao punaocGala tarub7 saat pjrganaoao punaoc fjni`at aby sjmaoc fjfbimil buruao Caoti [kjoj Gala tarub7 ânh` itu aby yaâŠ.â bikara manaf `atiGala tarub7 âhhhiiiâŠ..byâ mari gau` fjoyapa abyAby7 fjohnj` ljara` GalaGala tarub 7 fjomjlati aby, fjni`at-ni`at aby yaoc fjfbawa paoa`Gala tarub7 âby lafu ta`u ocal lanau winaya` ioi miljoan ojralaoya para pjfburuâ safbin fjnjtallao layu balarAby 7 âojralaoya para pjfburu8â biocuoc mjocao ukapao galaGala tarub 7 âiya⊠bultioya lafu bjnuf fjomapat buruao safa sjlanilao8âGala tarub7 âlanh fau bjrburu ayh alu tuogulao tjfpat yaoc fuma`âAby 7 âjfaoc ama tjfpat layal citu, mifaoa8âGala tarub7 âmipasarna` byâŠmifaoa naci8 `a`a`aâŠâAby 7 fjocjrutlao fulaGala tarub7 âayh by punaoc suma` fau shrjâAby 7 âlafu nupa mjocao aya`lu8 Cifaoa alu bisa punaoc taopa buruaoâ aya` aby canalGala tarub7 âayh fafpir ljrufa`lu munu by layaloya fasi` ama sisa buruao ljfarioâ Gala tarub7 âba`aya lanh safpai pjtaoc bjnuf punaocâ Aby 7 âŠ.. bjreilir Aby7 `a```⊠fjocjna oaeas hlj na` ayhl punaoc Gala mao Aby7 gala mao aby punaoc ljrufa` Natar 7 `utao]jfpat 7 uomarisAnat 7 paoa`, raotioc ph`ho, taniTjfjrao7 putra mao wiwit Baciao 2 Oarrathr ]imal nafa gala mao aby safpai ljrufa`Gala mao Aby7 bjrganao lj piotu mari ara` nuar, fasul mari nuar lafjra Caoti skjoj Gala mao Aby7 fjnjtallao layu mao paoa` mi mjpao rufa`Gala tarub7 âassanafuanailuf fbhl⊠gala punaoc mi mjpao piotuFbhl raom`a7 âwaanailufsanaf fasul⊠fasul aga oal fbhl naci timal joal bamaoâ suara ibu mari manaf rufa` Caoti skjoj Fbhl raom`a7 mumul milursiFbhl raom`a7 ânh`.. aby matjocâ fjni`at aby mao gala fsul lj manaf rufa`Gala tarub7 âiya fbhl, gala ljtjfu aby tami mi`utaoâ safbin fjokari tjfpat istrira`atAby 7 âiya fbhl aby tami naci bjrburu⊠j` ljtjfu gala iya uma` sjlnaiao fafpirâ.Fbhl raom`a7 âcifaoa by buruaooya8 Mapjt bjrapa8â bjrtaoyaAby 7 âocal mapjt fbhl⊠naci sian `ari ioiâ sjmi`Fbhl raom`a7 âŠâŠ mia ta`u ba`wa aya`oya aby canalFbhl raom`a7 âgala khba niat mimapur layaloya fasi` baoyal sisa maciocâ.Gala tarub 7 bjrmiri mao fjougu mapurFbhl raom`a7 âby mjocarlao fbhl, lafu `arus fjocjta`ui sjtiap hraoc tua mi `atioya yaoc tjrmana pasti timal alao tjca fjokjnalai aoaloyaâFbhl raom`a7 u`ul.. u`ul.. batulGala tarub7 âfbhl.. maciocoya fasi` sisa baoyalâ suara mari bjnalaoc, mi mapurAby 7 âfbhl naci salit8â l`awatirFbhl raom`a7 âiya by fbhl naci ocal joal bamaoâ.Fbhl raom`a7 âocal usa` l`awatir oaoti guca sjfbu`âFbhl raom`a7 âsaoa by lj mapur afbin macioc buat ljnuarcafuâAby7 âŠ.tjrmiaf sjbjotar
.