Mahirberbagi pengalamannya mengenai studi di Swiss dan betapa berkesan pengalamannya selama studi di Bern. Swiss termasuk negara yang tidak sepopuler Inggris atau kota-kota besar lainnya di Eropa sebagai negara tujuan studi. Akan tetapi, melalui ceritanya, Mahir menjelaskan pengalaman studi dan hidup di Swiss yang sulit untuk dilupakan.
Walau sebenarnya biaya kuliah di Swiss cukup murah untuk mahasiswa internasional, biaya hidup di sana termasuk tinggi. Kabar baiknya, beasiswa-beasiswa ini bisa membantumu meringankan pengeluaran Swiss Government Excellence Scholarships Didanai oleh pemerintah Swiss, beasiswa unggulan ini diberikan untuk mahasiswa internasional dengan tujuan meningkatkan keterlibatan dan penelitian internasional. Penerima beasiswa diseleksi oleh FCS Federal Commission for Scholarships. FCS menawarkan 2 jenis beasiswa Beasiswa penelitian ditawarkan bagi peneliti pascasarjana untuk semua bidang studi. Untuk dapat mendaftar, kamu harus telah memiliki gelar master atau lebih tinggi, dan dipilih oleh dosen dari universitas Swiss yang kamu minati. Beasiswa seni juga ditawarkan bagi mahasiswa jurusan seni yang tertarik untuk mengambil gelar master di Swiss. Kamu dapat mendaftar untuk beasiswa ini jika diterima di universitas Swiss. Sayangnya, beasiswa ini hanya ditujukan bagi mahasiswa dari negara-negara tertentu. Beasiswa ini mencakup biaya kuliah, biaya hidup, tempat tinggal dan asuransi kesehatan. Pendaftarannya Gratis! ETH Excellence Scholarships ETH Zurich memberikan dua jenis program beasiswa bagi mahasiswa yang ingin mengambil gelar master di universitasnya. Salah satu syarat untuk diterima adalah mahasiswa harus memiliki prestasi yang masuk dalam 10% terbaik dari perkuliahan S1 mereka. Excellence Scholarship and Opportunity Programme ESOP ini adalah beasiswa unik yang menanggung seluruh biaya kuliah dan biaya hidup, dan juga memberikan bimbingan sepanjang perkuliahan master. Master Scholarship Programme MSP menanggung biaya kuliah dan memberikan sedikit tunjangan biaya hidup. Jadi mahasiswa yang terpilih tetap perlu menyediakan anggaran untuk dapat mencukupi biaya hidup mereka di Swiss. Kedua beasiswa di atas berlangsung selama waktu perkuliahan mahasiswa di Swiss. University of Geneva Excellence Masters Fellowships Fakultas Sains dari University of Geneva bekerjasama dengan beberapa sponsor untuk memberikan beasiswa prestasi bagi mahasiswa yang ingin mengikuti perkuliahan master di universitas tersebut. Beasiswa ini mencakup beragam bidang studi sains seperti Biologi, Kimia dan Matematika. Salah satu syarat untuk diterima adalah mahasiswa harus memiliki prestasi yang masuk dalam 10% terbaik dari perkuliahan S1 mereka. Excellence Fellowship ini memberikan dana senilai CHF 10,000-15,000 per tahun, selama perkuliahan master jika mahasiswa mempertahankan prestasi yang memuaskan di semester pertama. Marie Curie International Incoming Fellowships IIF for Developing Countries Keunggulan dari beasiswa ini adalah tidak terbatas di Swiss dan dapat digunakan di semua universitas di Eropa. Beasiswa ini berharap menjadi program utama di Uni Eropa untuk pelatihan doktoral, dengan mendanai 25,000 orang mahasiswa PhD dan mengeluarkan lebih dari 6 milyar Euro untuk mendukung pelatihan dalam penelitian dan pengembangan karir untuk mahasiswa PhD di seluruh dunia. Marie Curie memulai International Incoming Fellowships programme untuk meningkatkan kerjasama ilmiah antara Negara-negara ketiga dan Eropa. Tujuannya adalah supaya para peneliti mendapatkan fasilitas untuk mengembangkan penelitian mereka di universitas pilihan mereka. Sebagai gantinya, para peneliti akan menyampaikan ilmu dan hasil penemuan mereka untuk universitas. Peneliti akan didanai selama 12-24 bulan kerja, dan untuk memenuhi syarat, peneliti harus memiliki pengalaman penelitian setidaknya 4 tahun penuh atau memiliki gelar doktoral. Selain beasiswa yang disebutkan di atas, masih banyak pilihan beasiswa lain yang bisa kamu lihat di halaman beasiswa internasional.
InformasiBeasiswa. Kuliah di universitas negeri Swiss biasanya disubsidi oleh negara atau kanton. Namun, biaya hidup di Swiss sangat tinggi, apalagi untuk mahasiswa. Oleh karena itu, beasiswa kuliah di Swiss lebih sering untuk pembiayaan hidup di Swiss. Untuk mendapatkan izin tinggal atau residence permit sebagai pelajar dari luar Uni Eropa
Apa alasan utama saya ingin memiliki pengalaman kuliah di luar negeri? Sederhana, selain untuk menimba ilmu dan memperluas wawasan, saya hanya ingin merasakan hidup di dunia yang sama sekali berbeda dengan negara di mana saya dibesarkan. Awalnya, saya ingin sekali kuliah di Jerman. Itu alasan saya mengambil kursus tiga bulan bahasa Jerman di Goethe Institut Bandung pada tahun terakhir kuliah S1. Selepas lulus kuliah, saya menghabiskan berbulan-bulan mengumpulkan berbagai informasi tentang Jerman. Lalu, saya memberanikan diri untuk mendaftar ke program Master of Development Management di Ruhr-Universitat Bochum, Jerman. Namun, saya harus gigit jari karena tidak sampai enam bulan kemudian, saya mendapatkan jawaban bahwa aplikasi saya ditolak. Tidak menyerah, saya kembali mengirimkan aplikasi untuk mendaftar ke sebuah master grant di Universitat Bern, Swiss. Sempat bingung memilih jurusan kuliah, akhirnya saya menetapkan pilihan di jurusan Business Administration, supaya masih sejalan dengan gelar S1 saya, yaitu sarjana Manajemen. Lagi-lagi, ketika memperoleh jawaban, saya membaca kata ditolak’. Namun, kali ini secercah titik terang itu datang. Memang aplikasi saya ditolak, tapi setelah saya baca baik-baik, kata ditolak’ itu ditujukan untuk permohonan Master Grant. Ternyata saya tetap diterima untuk kuliah di jurusan yang dituju, meskipun harus pakai biaya sendiri. Wah, ternyata harapan untuk kuliah di Swiss belum mati! Untuk tahun ajaran 2011 itu, biaya kuliah S2 di Universitat Bern hanya 600 CHF sekitar 7 juta Rupiah per semester. Lebih murah dari beberapa kampus di Indonesia, bukan? Namun, saya sadar bahwa saya tidak lagi bisa berharap pada bantuan kedua orangtua saya untuk menanggung biaya hidup saya selama di Swiss. Maka, saya pun melamar beasiswa FCS Federal Commission of Scholarship Kedutaan Swiss untuk memperoleh pembiayaan, dan kembali gagal. Untungnya, saya diselamatkan pengalaman saya pernah bekerja sebagai asisten dosen di almamater saya di Universitas Padjadjaran dan STIE Wira Bhakti kampus kerabat ayah saya. Saya mendaftar beasiswa luar negeri Direktorat Pendidikan Tinggi Dikti, dan akhirnya memperoleh pendanaan untuk kuliah saya selama 2 tahun di Swiss. Akhirnya, pada akhir 2011, saya pun sampai di negara yang terletak di kaki pegunungan Alpen tersebut. Setelah sampai di sana, barulah saya sadar bahwa Swiss bukan salah satu negara tujuan utama mahasiswa Indonesia menimba ilmu untuk program pascasarjana. Singkatnya, jumlah total mahasiswa S2 dan S3 di Swiss mungkin masih kalah dibandingkan total mahasiswa Indonesia di London, misalnya. Namun, saya cukup bersyukur dengan keseharian di negara ini, terutama di Bern, ibukota yang tergolong kecil nan bersahaja. Kualitas hidup yang tinggi tercermin di kehidupan sehari-hari, seperti fasilitas transportasi sampai sanitasi yang lengkap serta suasana alam yang indah, dan udara bebas polusi. Fast-forward ke tahun 2013, hari terakhir saya menginjakkan kaki di Swiss. Saya akhirnya sudah menyelesaikan kuliah dan lulus dengan predikat Master of Science in Business Administration. Selama hidup di Swiss, saya juga aktif sebagai ketua Perhimpunan Pelajar Indonesia PPI Swiss dan menjadi pengurus di organisasi mahasiswa internasional AIESEC in Switzerland. Saya memang berusaha sebaik mungkin untuk mengisi hari-hari saya di negara tersebut di luar ruang kelas. Sayangnya, di Swiss juga tergolong sulit bagi kita para pelajar untuk memperoleh kerja paruh waktu. Alasan pertama karena peraturannya. Bagi pelajar yang belum enam bulan bermukim di negara ini, belum boleh bekerja. Setelah enam bulan, baru boleh kerja paruh waktu, tapi dengan batasan sekitar 20 jam per minggu. Alasan kedua, para pemberi kerja biasanya tidak akan mau memberi pekerjaan kepada mahasiswa yang tidak fasih berbahasa mereka. Saya sendiri baru mendapatkan kerja paruh waktu setelah setahun berada di Bern. Pekerjaan pertama saya adalah sebagai loper koran. Bayangkan, saya harus bangun subuh sekitar pukul 4 dini hari lalu mengendarai sepeda untuk mengedarkan koran-koran di beberapa kawasan pemukiman. Setelah pekerjaan selesai pukul barulah saya datang ke kampus untuk langsung kuliah. Alhasil, saya sering terkantuk-kantuk di ruangan kuliah. Untungnya, enam bulan kemudian saya memperoleh pekerjaan baru yang lebih baik. Saya memperoleh pekerjaan menjadi guru les bahasa di sebuah lembaga bahasa di pusat kota Bern. Hasil dari bekerja itu saya pergunakan untuk jalan-jalan ke Amsterdam dan liburan sekali ke Indonesia, hehehe. Selama dua tahun itu pula, saya mengalami berbagai macam pengalaman yang mengubah hidup saya. Mungkin, jika dibandingkan dengan pengalaman teman-teman Indonesia yang kuliah di negara-negara lain, kuliah di Swiss terbilang sama saja. Namun ada beberapa hal yang akan susah saya lupakan dari negara ini, yaitu Orang-orang Swiss sangat tepat waktu. Jangan sekali-kali terlambat jika janjian dengan orang Swiss, karena mereka sangat menghargai waktu. Bahkan dalam mengatur janji untuk hangout dan jalan-jalan biasa, mereka akan meninggalkan kita jika tidak datang tepat waktu. Saking tenangnya suasana bermasyarakat di Swiss, keributan di atas jam 10 malam dapat dilaporkan ke polisi oleh tetangga, kecuali pada hari Jumat atau Sabtu malam, karena hari esoknya libur. Yang unik, Swiss punya 4 bahasa nasional, yaitu Jerman, Prancis, Italia dan Romanisch bahasa tradisional di Swiss. Meski berjarak hanya 100 atau bahkan 50 kilometer, dua kota bisa berbeda bahasa. Ada juga kota-kota yang terbiasa menggunakan dua bahasa, seperti Fribourg dan Biel. Tidak semua orang fasih berbahasa Inggris, tapi minimal mereka pernah mempelajarinya di sekolah dan bisa mengerti perkataan kita dalam bahasa Inggris. Swiss tergolong cukup dermawan dalam memberi suaka bagi negara-negara konflik. Saya agak kaget juga melihat betapa banyak pengungsi dari Chechnya atau Eritrea di Bern. Sewaktu saya mengambil pelajaran bahasa Jerman, saya juga bersentuhan banyak dengan para pengungsi yang berharap bisa memperbaiki kehidupan mereka di Eropa. Dari semua pengalaman tinggal dan studi di Swiss tersebut, saya pun berharap bisa berbagi dengan teman-teman yang berkeinginan untuk melanjutkan pendidikan ke negara tersebut. Foto yang ditampilkan adalah foto koleksi pribadi penulis =========================================== Mahir Pradana currently works as a lecturer in Business Administration at Telkom University, Bandung. After obtaining his bachelor degree in Management Science from Universitas Padjadjaran, he pursued his master degree in Business Administration at Universitat Bern, Switzerland. While living in Switzerland, he was chosen as the chief of Perhimpunan Pelajar Indonesia PPI Swiss. Besides working on academic papers, Mahir also has a life in creative writing. His published novels are Here, After 2010, Rhapsody 2013, Blue Heaven 2014 and Sunset Holiday 2015. He also wrote about his life in Europe in a memoir called Home & Away 2014. Now, he is still searching for a PhD opportunity to get him back to Europe. Facebook Twitter LinkedIn
Bilakalian berminat, kalian bisa mencoba kuliah di Swiss karena di sini kalian tidak hanya mendapatkan pengalaman belajar yang menyenangkan. Simak di 7 Universitas Terbaik Swiss yang patut kalian pertimbangkan! Dengan menjadi mahasiswa di sini, banyak pengalaman yang bakal kalian dapatkan yang tidak sebatas dari pendidikan formal yang akan
loading...ETH Zurich – Swiss Federal Institute of Technology. Foto/Ist JAKARTA - Calon mahasiswa Indonesia yang ingin kuliah di luar negeri bisa mempertimbangkan untuk kuliah di Swiss. Ada 7 rekomendasi kampus terbaik di Swiss, salah satunya adalah kampus tempat belajar ilmuan dunia, Albert salah satu negara di Eropa, Swiss patut diperhitungkan menjadi destinasi studi bagi pelajar internasional. Bagaimana tidak, kampus-kampus di Swiss masuk dalam jajaran 200 besar universitas terbaik di dunia. Baca Juga Selain unggul dalam kualitas pendidikan, berbagai universitas di Swiss juga memiliki hasil-hasil riset yang rekomendasi 7 universitas terbaik di Swiss untuk kuliah yang dirangkum dari berbagai sumber1. ETH Zurich Swiss Federal Institute of TechnologyKampus ini menduduki peringkat tertinggi di Swiss, yakni ranking ke-9 di dunia. ETH Zurich didirikan sejak 1855 dan unggul di bidang sains dan teknik. Saat ini, lebih dari mahasiswa tengah menimba ilmu di sana. Pada QS World University Rankings berdasarkan fakultas, ETH Zurich menduduki ranking kelima untuk teknik dan teknologi, sedangkan ilmu alam berada di rangking Ecole Polytechnique Federale de Lausanne EPFLKampus ini berdiri sejak 1853. Pada QS World University Rankings 2015/2016, EPFL menduduki posisi ke-14 sebagai kampus terbaik di dunia. Sebagian besar perkuliahan di universitas ini menggunakan bahasa Prancis, meski ada juga beberapa mata kuliah yang menggunakan bahasa Inggris. Saat ini, EPFL setidaknya memiliki University of ZurichKampus ini merupakan universitas terbesar di Swiss yang memiliki 26 ribu mahasiswa. Fasilitas di University of Zurich cukup lengkap. Kampus ini juga memiliki museum, perpustakaan publik, koleksi-koleksi, serta kegiatan dan program edukasi bagi University of GenevaUniversitas tertua di Swiss ini didirikan pada 1559. Berlokasi di Jenewa, kampus ini berada di urutan ke-89 pada World University Rankings 2015/2016. Di tingkat sarjana, sebagian besar perkuliahan menggunakan bahasa Prancis, sedangkan di tingkat master lebih banyak menggunakan bahasa University of BernKampus yang satu ini memiliki 8 fakultas dan 150 institusi. Saking banyaknya program studi, anda bisa mengambil program kombinasi di University of Bern. Kampus ini menduduki peringkat 144 terbaik di dunia menurut QS World University Rankings University of BaselUniversity of Basel berdiri sejak tahun 1460 di Basel, Swiss. Kelebihan dari kampus ini adalah lingkungannya yang ramah pelajar dan banyaknya program studi dengan pembelajaran yang University of LausanneKampus ini awalnya merupakan sebuah sekolah teologi. Namun pada tahun 1890 berubah menjadi sebuah universitas. University of Lausanne menduduki peringkat ke 7 universitas terbaik di rekomendasi 7 universitas terbaik di Swiss untuk Kuliah. Apakah anda tertarik?. mpw
. efat6r61hy.pages.dev/125efat6r61hy.pages.dev/116efat6r61hy.pages.dev/85efat6r61hy.pages.dev/466efat6r61hy.pages.dev/478efat6r61hy.pages.dev/384efat6r61hy.pages.dev/171efat6r61hy.pages.dev/421
pengalaman kuliah di swiss